Home » , , , » Golput Rasional Politik

Golput Rasional Politik

Written By Unknown on 1/18/2014 | 1/18/2014

Angka Golput di Indonesia semakin lama semakin meningkat. Tengok saja saat Susilo Bambang Yudhoyonoterpilih menjadi presiden untuk yang kedua kalinya pada 2009. Rata-rata Golput mencapai 40% dari keseluruhan jumlah pemilih. Hal ini dikarenakan adanya masalah sosial masyarakat.

Kondisi yang sama juga berlangsung saat pemilihan gubernur maupun walikota. Dalam setiap pemilu, kelompok putih ini selalu menyertainya. Di Jawa Barat misalnya, ketika Ahmad Heryawan dan Dede Yusuf terpilih menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur, angka Golput cukup signifikan.Ada orang yang menganggap Golput sebagai masalah sosial masyarakat.

Puncaknya ketika MUI mengeluarkan fatwa haram terhadap Golput. Ada pula yang menganggapnya sebagai pilihan rasional di tengah kondisi politik yang tidak menentu, tidak membawa hasil yang memuaskan.

Apa yang menyebabkan Golput menjadi suatu pilihan bagi masyarakat, mengapa semakin lama jumlahnya semakin bertambah? Apakah keberadaan dan pertambahan jumlah Golput menyebabkan terjadinya keburukan pada politik atau malah sebaliknya, membawa manfaat bagi perbaikan politik kita?

Pilihan Orang

Dalam bernegara, tentu setiap orang diberi hak untuk memilih dan dipilih. Golput juga disebut pilihan oleh sebagian orang yang mendukungnya. Mari kita sejenak meninggalkan polemik hukum tentang Golput, dan kita berusaha melihatnya sebagai masalah sosial yang terjadi di tubuh masyarakat.

Politik dan keterlibatan masyarakat di dalamnya memang banyak disebabkan oleh faktor-faktor tertentu. Tingkat pendidikan seseorang dalam hal ini pun sangat berpengaruh. Tengok saja orang yang sebagian besar hidup dalam pendidikan rendah dan ekonomi sulit.

Biasanya mereka sangat antusias dalam mengikuti kampanye pertarungan politik. Bukan aneh lagi, jika di dalamnya terdapat money politic yang membuat mereka ikut bergabung. Kebutuhan akan uang dan kebutuhan pokok menjadi incaran para pencari kesempatan dalam kampanye politik.

Setelah pemilu selesai mereka pun pada akhirnya menjadi kelompok yang paling banyak dirugikan dan tertipu secara langsung. Namun ibarat rutinitas, ketika pemilu berikutnya datang, mereka pun menyambutnya dengan antusias. Uang dan uang yang mereka inginkan.

Di sisi lain, Golput biasanya muncul dari kelompok minoritas yang kecewa. Mereka bukan dari kalangan intelektual, tetapi mereka yang pernah terlibat dalam lingkaran politik walaupun dalam skala yang kecil. Entah itu sebagai tim sukses, pendukung, atau pemilih pemula.

Biasanya, sebagian di antara mereka berpindah ke lain pilihan, tetapi sebagian lain langsung memilih untuk Golput. Kekecewaan merupakan dorongan psikologis yang besar bagi mereka dalam kelompok ini.

Kelompok terakhir adalah kelompok intelektual yang katakanlah ‘tercerahkan’. Mereka milih Golput bukan karena kekecewaan belaka, tetapi lebih pada bentuk perlawanan. Kesadaran ini mereka dapatkan dari bentuk refleksi dan persentuhan dengan dunia politik beserta pemikirannya. Jumlah mereka memang sangat kecil, namun pengaruhnya sangat besar.

Hukum Golput

Golput memang diakui secara hukum sebagai suatu pilihan. Jika mereka Golput atas kesadaran sendiri itu tidak dilarang, namun jika mereka mengajak orang lain itu akan dikenakan hukuman. Begitu kurang lebih Golput menurut hukum yang berlaku di Indonesia.

Ketika kita bicara soal kesadaran, tentu kesadaran itu harus kita tularkan kepada orang lain supaya ikut sadar atau tersadarkan. Tapi dalam urusan Golput di Indonesia menjadi lain. Jika Anda sadar bahwa politik ini tidak benar dan Anda secara sadar memilih Golput, lalu Anda mencoba menyadarkan pula orang lain, Anda malah terkena hukuman penjara. Menyadarkan memang secara otomatis mengajak orang untuk Golput juga, namun posisi kesadaran dalam kondisi ini menjadi sangat rancu.

Kesadaran seolah tidak boleh disebarluaskan dan sengaja membiarkan orang lain dalam kondisi yang tidak sadar. Mungkinkah itu yang dikehendaki dalam hukum tentang Golput?. Yang jelas ketika Anda menyadarkan orang lain, Anda berhadapan dengan sebuah ancaman.

Ancaman yang bisa atau mungkin dapat terkena pada kita adalah hukuman penjara. Secar hukum perbuatan yang menyadarkan orang lain untuk golput adalah melanggar hukum. Dikatakan melanggar hukum karena dengan secara sadar mengajak orang lain untuk ikut golput juga.

Hukum tersebut mungkin bagi sebagian orang akan bermakna rancu. Dalam hukum tersebut diperbolehkan untuk perorangan agar memilih golput tetapi tidak boleh mengajak orang untuk golput.

Hukum ini dibuat agar semua orang ikut berpartisipasi dalam ajang acara nasional yakni pemilu. Pemilu dipandang sebagai proses demokrasi. Proses yang mencerminkan kekuatan rakyat. Sebagaiamana slogan-slogan yang sering kita dengan dari rakyat, untuk rakyat, dan oleh rakyat.

Jika banyak orang yang golput maka pesta rakyat ini pun tidak dapat berjalan dengan mulus. Bagaimana bisa berjalan dengan mulus jikalau peserta pesta tidak ada.

Permasalahan dalam tatacara aturan hukum ini terjadi jika orang yang golput didekati orang yang tidak golput. Tentunya akan muncul sejumlah pertanyaan dari orang yang tidak golput kepada orang yang golput.

Dari pertanyaan yang diajukan oleh orang yang tidak golput pasti dijawab oleh orang yang golput. Setiap pertanyaan  tentunya akan dijawab sesuai dengan hati nurani dari orang yang golput dengan alasan yang logis pula. Dari sini pertukaran pikiran pun terjadi.

Dengan terjadinya pertukaran pikiran tersebut maka akan terjadi gesekan pemikiran dari keduanya. Efeknya atau hasil gesekan tersebut bisa beraneka macam. Bisa saja yang semula golput menjadi tidak golput. Namun bisa juga sebaliknya yakni yang semula tidak golput menjadi ikut golput.

Jika ini yang terjadi maka jika diterapkan hukum di atas bisa saja orang yang golput tadi terkena pasal hukum. Orang tersebut kena pasal hukum sebab dia telah mengajak orang lain untuk ikut golput. Walaupun ajakannya tidak terlihat secara jelas.

Padahal jika dilihat dari kasus di atas adalah orang yang tidak golput mendatangi orang yang golput dan bukan orang yang golput mengajak orang yang tidak golput untuk ikut golput. Tetapi karena gesekkan pemikiran yang terjadi antar keduanya inilah yang mengakibatkan pertukaran pendapat.

Terjadinya pertukaran pendapat tersebutlah yang bisa memberikan efek pada orang lain. Bisa berefek negatif bisa bisa pula berefek positif. Yang jelas semuanya ada akibatnya.

Alasan Golput

Secara analisis tingginya golput merupakan bukti bahwa masyarakat sudah tidak percaya lagi dengan pesta demokrasi yang berjalan di negeri ini. Perlu tenaga ekstra untuk kembali menyadarkan kepada masyarakat akan pentingnya pesta rakyat ini.

Tujuan dari diadakannya pemilu tidak lain adalah memilih pemimpin negeri ini. Tanpa adanya pemimpin maka ibarat sebuah kapal yang tidak memiliki nahkoda atau kapten. Tentunya kapal tersebut akan terombang-ambing tidak karuan arahnya.

Tentunya kita tidak ingin ini terjadi pada negara yang kita cintai ini. Negara yang penuh dengan warna. Berbagai macam suku dan budaya ada di negara kita.  Negara kita adalah negara kaya tetapi miskin.

Dikatakan kaya karena negara kita memiliki kekayaan alam yang luar biasa. Kekayaan alam akan hutan yang luas serta sumber alam tambang yang melimpah ruah. Semua hal tersebut ada dan dimiliki oleh negara kita tercinta ini. Tetapi sebagian orang menganggap negara kita ini miskin walaupun memiliki sumber daya alam yang luar biasa banyaknya.

Negara kita dikatakan miskin karena pada dasarnya masih banyak rakyat dari negara kita yang hidup di bawah garis kemiskinan. Masih banyak penduduk negara ini yang tingkat pendidikannya sangat rendah. Hal ini tidak sepadan jika dibandingkan dengan kekayaan alam yang dimiliki oleh negara ini.

Selain itu masalah sosial masyarakat pun semakin banyak dan kompleks. Berbagai kesenjangan sosial selalu terjadi. Di berbagai daerah selalu ada dan timbul masalah sosial masyarakat. Pemerintah pun juga sudah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mengatasi masalah sosial masyarakat tersebut. Namun hasilnya masih belum bisa dirasakan.

Pergantian pemimpin yang merupakan puncak dari acara pesta demokrasi pun tidak menghasilkan perubahan yang signifikan. Dari satu pemimpin ke pemimpin yang lain tidak mampu memberikan kepuasaan terhadap sebagian masyarakat. Karena inilah akhirnya muncul orang yang golput dalam pemilu.

Bukan salah mereka untuk memilih golput. Harusnya kita menumbuhkembangkan lagi kepercayaan yang ada pada sebagian orang yang golput untuk tidak lagi golput. Sebagai sebuah catatan bahwa tidak boleh ada pemaksaan atau saling menyalahkan karena semuanya memiliki alasan yang dibenarkan oleh hukum. Marilah kita saling menjaga keharmonisan yang ada di masyarakat agar masalah sosial masyarakat tidak lagi muncul.

Masalah sosial masyarakat bukan hanya masalah golput saja. Masih banyak masalah sosial masyarakat lainnya yang juga harus kita perhatikan. Jangan jadikan golput sebagai masalah sosial masyarakat yang utama karena masih banyak masalah sosial masyarakat lainnya yang jauh lebih penting.
Share this article :
 
Support : Gegana | Revolusi | bgR
Copyright © 2014. Golput Bukan Dosa - All Rights Reserved
Designed by ibZ Published by inD
Proudly powered by Merdeka